Perbedaan pendapat dan kesalahpahaman adalah pemicu utama dari timbulnya pertengkaran. Saat hati emosi dan merasa bahwa kita berada di posisi yang benar, rasanya berat untuk tidak membela diri. Sedangkan pihak lain pun sama, karena tidak ingin disalahkan, ia pun mencari kebenaran dalam segala hal. Akhirnya, pertengkaran pun semakin besar dan perlu waktu lama untuk bisa memperbaikinya.
Diantara mereka yang pernah terlibat dalam pertengkaran, tidak sedikit yang pada akhirnya memutuskan untuk lebih baik tidak saling mengenal dan memutuskan hubungan dalam segala hal. Namun ada pula yang setelah bertengkar justru semakin merasakan kedekatan, karena konon, pertengkaran bisa membuat kita mengenal karakter antara satu dan yang lain. Tentu, memecahkan piring dan atau membanting pintu adalah hal umum dalam sebuah pertengkaran. Menginap dirumah teman seakan menjadi pelarian yang menyenangkan, namun kedua pilihan tersebut hampir tidak memberikan manfaat. Lalu, bagaimana cara tepat menyikapinya ?
Respon
Saat sedang marah, kecewa dan ataupun terluka, bisa jadi membuat sisi emosional menjadi sangat kurang baik. Saat anda merasa tidak setuju dengan keputusan pasangan mungkin hal terbaik adalah dengan tidak mengatakan apapun. Karena jika diam itu emas, maka kepala dingin adalah perak. Berikan usulan saat hati dan pikiran sedang dalam kondisi yang lebih baik, karena salah berbicara bisa jadi fatal akibatnya.
Sikap
Hal yang manis sekalipun bisa jadi terasa pahit saat hati dan pikiran masih dalam tegangan tinggi. Bahkan saat anda melemparkan humor untuk meredakan situasi, orang lain bisa saja menganggapnya sebagai celaan dan hinaan. Oleh karenanya bersikaplah lebih bijak dan kenali dengan baik siapa orang yang sedang anda hadapi.
Hindari sikap kasar
Berteriak dan menimbulkan suara keras seperti membanting pintu dan memukul, sudah pasti membuat dingin sekujur tubuh. Benar, jika hal itu memperlihatkan seberapa besar kemarahan anda, tapi itu tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah yang sedang anda hadapi. Selain menyakiti orang lain, sikap kasar juga akan merusak harkat dan martabat anda sebagai seseorang yang selalu dihormati.
Masih adakah hari esok ?
Well, ini hanyalah kemungkinan terburuk, karena merasa tidak terima dengan semua tuduhan yang dilayangkan, seseorang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Namun sesaat sebelum itu anda sempat melemparkan tuduhan padanya, mencaci, memaki dan memarahinya seperti anda berada di posisi yang benar. Namun sayang, fakta ditemukan justru setelah ia tiada. Lalu, masih adakah hari esok untuk bertemu dan meminta maaf padanya ? Pertengkaran memang menyakitkan, namun jadilah pihak yang selalu berupaya untuk tidak menyakiti orang lain.
Katakan “Aku”
“Kamu itu pemalas dan bisanya hanya menonton TV seharian !”, pernyataan seperti ini, akan lebih baik jika diganti menjadi “Aku merasa terabaikan saat kamu tidak membantuku mengerjakan pekerjaan rumah”. Terasa berbeda bukan ? Atau, “Kebiasaan kamu itu emang nggak bisa dirubah, setiap kali jemput pasti selalu telat”. Tapi coba ganti dengan, “Aku takut nunggu kamu sendirian di tempat ini, jadi usahakan jangan telat, ya”. Dengan begitu anda tahukan, mana yang akan menimbulkan pertengkaran dan mana yang tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar